SEJARAH DAN MITOS GUNUNG PEGAT
SEJARAH DAN MITOS GUNUNG PEGAT
Gunung Pegat terletak di karangkembang kecamatan babat kabupaten Lamongan. Sejarah gunung pegat sejarahnya sama halnya dengan hal kisah mistis ditempat lain, gunung pegat yang sudah menjadi kisah legenda bagi masyarakat sekitar. Tentunya juga memiliki kisah sejarah asal-usulnya.
SEJARAH GUNUNG PEGAT
Penamaan gunung pegat bermula pada saat kolonial belanda yang sedang menguasai daerah sekitar, guna melancarkan arus perekonomian, kolonial belanda melakukan tahap pembangunan jalan yang menjadi titik perdagangan, yakni babat-jombang. Selain itu, konon katanya kolonial belanda membangun lintasan kereta api disekitar kawasan tersebut. Namun yang terjadi ialah disekitaran lokasi tersebut terdapat gunung kapur, yang menghalangi jalan. Jadi, terpaksa kolonial harus melakukan pekerjaan sebuah membela gunung tersebut. Masyarakat disekitaran dipaksa untuk bekerja membela gunung tanpa digaji, bahkan lebih sadisnya tidak diberi makan dan minum! Konon dari kerja paksa ini banyak memakan korban jiwa akibat dari kerja paksa. Berawal dari sinilah warga sekitar menjadi pelaku kerja paksa dengan rasa sakit dan emosi karena penuh paksaan. Dan dari sinilah warga bersumpah, barangsiapa yang melewati gunung ini dikecam tidak akan punya rasa kebahagiaan jika sudah berkeluarga. Niscaya keluarga tersebut tidak bahagia. Akan tetapi memiliki keluarga yang selalu ditanggapi kesulitan hidup, terutama mengalami perpisahan/bercerai.
Berasal dari sinilah warga yang menjadi pelaku kerja paksa dengan perasaan sakit,emosi dan penuh paksaan. Gunung pegat awalnya bernama gunung gajah, sejak sumpah serapah itu juga gunung gajah berubah nama menjadi gunung pegat. Selain itu, nama pegat juga sesuai dengan letak geologis gunung tersebut. Yaitu satu gunung yang dipegat (pisah) menjadi dua bagian.
MITOS GUNUNG PEGAT
Calon pengantin yang terpaksa melintasi gunung ini harus melepaskan sepasang ayam yang berukuran kepalan tangan orang dewasa. Pelepasan sepasang ayam biasanya sudah ditunggu beberapa anak-anak disekitar gunung ini. Siapapun diantara mereka yang bisa menangkap ayam tersebut, maka ayam tersebut sudah menjadi hak miliknya ( arif hidayatullah 2018 ).
Jika calon seorang pengantin tidak mau melepas sepasang ayam, maka anak-anak sekitaran gunung pegat akan mengumpati calon pengantin dan berdoa buruk pada mereka. Ngantene bakal pegatan (pengantinnya nanti bakal cerai). Ini dimaksudkan agar mereka terbebas dari kutukan perceraian, perlu diketahui ayam yang dilepaskan harus ayam kampung hitam. Ayam kampung hitam bagi masyarakat jawa memiliki makna menolak balak apese awak. Yang bertujuan untuk menghindari ketidak bahagiaan hubungan keluarga rumah tangga seperti rejeki seret,tidak memiliki keturunan, salah satu keluarga meninggal dan masalah yang lainnya.
TERIMAKASIH SEMOGA BERMANFAAT
Komentar
Posting Komentar